Rabu, 17 Februari 2016

Rindu Di Utara Cigondewah

Roman abu ketuaan masih jadi rona senjaku
megapun masih malu bertamu
kala aku tunggu binarnya untuk membuka kelambu kelabu saat itu

Aku rindu ketika itu
ketika semuanya menjadi sangat biasa
saat serdadu-serdadu tetes air simultan membentuk satu kesatuan
berirama saling menyapa
menyapa atap rumah
menyapa tanah

Curah sepertiga rinduku
larut dalam secangkir kafein
serta batangan nikotin
masih di serambi depan untuk melukis hujan
apa yang hendak kau kabarkan dari atas sana?
pesan apa yang Tuhan titipkan?

Seraya gemulai angin yang terus menjuru
aku masih berpikir, bagaimana cara meminta maaf pada rindu?
sementara hujan mewujud jeruji
memenjarakan rasa dalam sunyi

-Artin-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar